blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Sejarah Rayon Raden Paku - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Rayon Raden Paku

 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan organisasi mahasiswa yang berlandaskan Ahlussunnah wal-Jama'ah dan berkomitmen untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Musyawarah mahasiswa nahdliyin pada 14 hingga 16 April 1960 bertempat di Gedung Madrasah Muallimin NU Wonokromo Surabaya menghasilkan keputusan untuk mendirikan Organisasi PMII. setelah itu diproklamirkan berdirinya Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Balai Pemuda Surabaya pada 17 April 1960 dan kemudian diperingati sebagai hari kelahiran PMII.


Logo Resmi PMII Rayon Raden Paku
Logo Rayon Raden Paku



Secara umum, Rayon merupakan suatu lembaga paling dasar dalam hierarki atau struktur Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada wilayah Fakultas, sedangkan pada ranah Universitas disebut Komisariat. Hal ini sebagaimana Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga PMII (AD/ART) yang ditetapkan melalui Musyawarah Pimpinan Nasional (MUSPIMNAS).

Sebagai garda terdepan kaderisasi PMII, Rayon mengambil peran penting dalam perekrutan Anggota Baru melalui proses Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA). Melalui jenjang kaderisasi pertama tersebut, diharapkan terciptanya kader PMII berkualitas mu'takid, yakni anggota yang memiliki keyakinan penuh terhadap organisasi PMII. Selain itu, Rayon juga menjadi ruang aktualisasi diri dalam mengembangkan pola pikir dan kapabilitas para kader. Berlandaskan pada tujuan tersebut, Rayon bisa dikatakan sebagai penentu akan keberlanjutan organisasi. Karena bersentuhan secara langsung dengan para anggota atau kader dalam proses kaderisasi seutuhnya.

PMII Rayon Raden Paku adalah Rayon tertua di Komisariat UNU Sunan Giri Bojonegoro dan memiliki kuantitas kader terbanyak di Bojonegoro. Latar belakang berdirinya Rayon dikarenakan pada waktu awal rencana pembentukan Rayon belum ada Rayon yang berdiri di Bojonegoro.

Dikarenakan belum ada contoh konkrit tentang bagaimana teknis berjalannya Rayon pada waktu itu, Sahabat Suyadi yang merupakan Ketua Komisariat Sunan Giri bersama beberapa kader seperti Sahabat Fahrudin Aziz, Sahabat M. Syu'aeb, dan Sahabat Abd. Hakam serta beberapa sahabat-sahabat yang lain, mereka melakukan studi banding ke beberapa Rayon PMII yang ada di kampus luar Bojonegoro, seperti di UNISMA Malang dan IAIN Surabaya. Dengan tujuan untuk belajar mengenal apa itu Rayon? Bagaimana teknis dalam mengelola berjalannya Rayon? Yang nantinya sebagai bekal untuk mendirikan Rayon di Komisariat Sunan Giri.

Keinginan kuat sahabat-sahabat PMII Komisariat Sunan Giri untuk mendirikan rayon juga dilakukan ikhtiar spiritual dengan melakukan Khataman di makam sunan giri. Perjuangan dan Pergerakan Kader-kader Sunan Giri tersebut membuahkan hasil, terbentuknya rayon pertama di Komisariat Sunan Giri dengan nama 'Rayon Tarbiyah' Pada 14 Februari 2007. Rapat Tahunan Anggota Rayon(RTAR) yang bertempat di basecamp Komisariat, belakang PCNU Bojonegoro menghasilkan keputusan terpilihnya sahabat Fahrudin Aziz sebagai Ketua Rayon 'Tarbiyah'(Raden Paku) Pertama.

Setelah berjalan selama satu periode kepengurusan, muncul gagasan untuk merubah nama Rayon pada RTAR kedua. Akhirnya muncul kesepakatan hasil mufakat perubahan nama dari Rayon Tarbiyah menjadi Rayon Raden Paku. Dan Hingga sekarang Rayon Raden Paku sudah berjalan selama 19 periode kepengurusan, dengan Nahkoda ketua Rayon sebagai berikut:

1. Fahrudin Aziz (2007-2008) "Wedi, Bojonegoro"

2. M. Rozikin (2008-2008) "Semenpinggir, Kapas, Bojonegoro"

3. M. Azhari (2008-2009) "Banjarsari, Bojonegoro"

4. Misbahul Munir (2009-2010) "Kliteh, Malo, Bojonegoro"

5. M. Munir (2010-2011) "Plesungan, Kapas, Bojonegoro"

6. Moch Naim (2011-2012) "Sitiaji, Sukosewu, Bojonegoro"

7. Ahmad Zayyinul Khasan (2012-2013) "Sokosari, Soko, Tuban"

8. Mozan Choirudin (2013-2014) "Soko, Tuban"

9. Siti Nur Indah S (2014-2015) "Sukorejo, Bojonegoro"

10. M.Arif Dwi Setiawan (2015-2016) "Ngraseh, Dander, Bojonegoro"

11. Andre Purwanto (2016-2017) "Sugihwaras, Bojonegoro"

12. Rian Adi Kurniawan (2017-2018) "Teleng, Sumberrejo, Bojenegoro"

13. M. Andi Saiful Alim (2018-2019) "Sekaran, Balen, Bojonegoro"

14. Hartono (2019-2020)"Sekar, Bojonegoro"

15. Sang Aji Imas Agung Arsana (2020-2021)"Ngulanan, Dander, Bojonegoro"

16. Fadhilatun Ni’mah (2021-2022) ”Sumbertlaseh, Dander, Bojonegoro”

17. Candy Purnomo Aji (2022-2023) “Cepu, Blora”

18. Wahyu Jayanam (2023-2024) “Kolong, Ngasem, Bojonegoro”

19. Khoirur Rozikin (2024-Sekarang) "Kedungrejo, Kedungadem, Bojonegoro" 

Mengutip pernyataan Seorang Penulis yang pernah diasingkan di pulau buru yakni Bung Pramoedya Ananta Toer pada salah satu dari novel 4 tetralogi karyanya Yakni "Jejak Langkah "halaman 396, bahwa : "Bukan golongan kuat saja punya kekuatan, juga golongan lemah, asal berorganisasi Dan hanya dengan organisasi, golongan lemah bisa menunjukkan kekuatan diri sebenarnya."