Postingan

Menampilkan postingan dengan label Kolom Puisi

INI KAMPUNGKU

Gambar
  Ini kampungku. Di kampungku.... pria bertopeng di muka garang hilang, Di masa pria di singkirkan. Pria hilang tinggal perempuan, Dosa berceceran tak terbayang. Di kampungku..... Lesbian ada kebiasaan, Di pertontonkan, Di banggakan, Di gunakan pelegalan pelunasan hutang hutang. Dikampungku ...... Dulu fenomena sosial hingga memalukan, Saling bercumbu dan bergandengan tangan kemesraan. Dikatakan tidak normal karena merusak moral, Kaum hiteroseksual. Dikampungku... Orang orang ahli agama di tertawakan bagai badut tanpa tujuan. Rayuan iblis lebih dipercayakan, Dalil dalil kepalsuan. Di kampungku..... Banyak orang buta karna jabatan dan kekayaan,  Ditinggikan,  Bagai raja kekaisaran kekerajaan kayangan.  Simbol silmbol perjuangan hilang, Pahlawan pahlawan kemerdekaan di hapuskan. Garuda bertengger hanya kepalsuan, Di kampungku.... Tak ada hukum, Di kampungku... Tak ada.. Penabulu_11 Agustus 22  Penulis *Luthfiyana arwani*

Hujan dan Rindu Puisi Ahmad Zaki Romadhoni

Gambar
  Oleh: Ahmad Zaki Romadhoni Setiap hujan turun, Selalu mambawa kisah yang lama Teringat saat saat kita masih menjalin hubungan yang indah hingga kita mengukir sebuah kisah yang panjang yang ku kenang sepanjang hayatku Walau berakhir dengan luka, Namun semua terasa indah dan kelak kau akan ku ceritakan kepada anak cucuku bahwa dulu aku mempunyai sebuah kisah bersama orang yang dulu sangat ku cintai dan berakhir dengan tragis Namun semua terasa indah  Perpisahan selalu menyakitkan namun waktu yang kan meredakan  Ingin ku ulang semua lagi Menikmati kesendirian, Di temani seseorang dari kejauhan  Datang tuk mengukir kisah cinta Dalam romansa hujan kita saling mencinta Bojonegoro, 2021

Rintik Rindu Pendosa Puisi Diah Arta

Gambar
  Oleh: Diah Arta Kala hari tak lagi padang Hiruk pikuk tak lagi terdengar Lengkap dengan rintik rindu  Dan disertai sentakan petir yang menggelegar Terasa dingin, diterpa angin.  Aku mengaca pada diriku Diri yang terjamah dosa dari waktu ke waktu.  Kian menggunung tapi tak tampak Selalu sadar tapi tak kunjung ku redam Mengulang lagi dan lagi Aku muak dengan diriku Yang seolah-olah acuh pada Sang penenang Qolbu Berkedok religi berwajah tak manusiawi Tuhan, aku takut Jika perilaku ku tak sesuai dengan syariat Mu Jika tindak tanduk ku tak seperti kodratku Dan,  Jika usahaku untuk mencintai Mu tak berbanding dengan cinta Mu padaku Tuhan,  rinduku teramat sangat,  tapi rasa takutku membuncah.  Aku takut,  Bekal ku tak cukup untuk menemui Mu. Bojonegoro, 2021

Rintihan Bayi Kelaparan Puisi Ahmad Syifaudin

Gambar
  Oleh: Achmad Syifaudin Rengekan bayi menandakan sapaan lapar Kantong-kantong kering menafikan uang Lamunan hasil ladang telah usai di permainkan  Lumbung-lumbung berserakan Terjajah kaum pemenang  Ayunan masa depan seolah tak tergambar Tertukar oleh sesuap nasi yang selalu ter monopoli Ruang-ruang alfabet sepi  Termakan spp tinggi  Teriakan sejahtera seolah-oleh terpenjara pada sudut kota  Mobil gagah menantang  Di bawah istana yang menjulang  Menafikan rintihan bayi kelaparan Bojonegoro, 2021

Wanita Kejawen Puisi Vera Ruri

Gambar
  Oleh: Vera Ruri Septiani Ciri khas keluguannya..... Membuat ia anggun jika di pandang oleh mata Tugasnya yang harus berdiam diri di rumah Membuat wanita buta akan huruf Ia harus mengurus rumah dan anak-anak Tanpa adanya pendidikan Adat jawa........ Telah menjadikan wanita sebagai second sex Yaitu pemuas laki-laki saja Ketika keinginannya terpenuhi Wanita di buang begitu saja Wanita jowo...... Bangunlah kau harus bangun dari ketidakadilan ini Kau harus melawannya Jangan hanya diam...! Karena wanita adalah agen perubahan Bojonegoro, 2021

Secangkir Kopi Bersama Rasa Sendu

Gambar
Kopi ku tak semanis dulu Karena kau melilit pikiranku  Dengan candu yang bernama rindu Batang demi batang  Asap demi asap, ku hembuskan perlahan Tak tau kemana ia akan terbang Seperti rinduku yang tak tau kapan berujung temu Logika dengan garang mengingatkan Bukan kau yang dia inginkan Bodoh... Aku yang terlalu mudah untuk percaya Atau engkau yang pintar mengarang rasa Kau indah, tapi tak untuk berlabuh Kau singgah, tapi tak sungguh Oleh: Ahmad Syifauddin