Refleksi Hari Pustakawan Nasional di Bojonegoro
![]() |
Source : Grok ai |
Tanggal 7 Juli 2025 bertepatan di hari senin, setelah membuka sosial
media dan mendapatkan informasi bahwasannya hari ini dinobatkan sebagai hari
pustakawan nasional, aku mencoba untuk berkunjung ke Dinas perpustakaan dan
kearsipan daerah Bojonegoro yang ada di Jl. Patimura nomor 1 A. Tidak ada
tujuan utama dalam kunjunganku di hari pagi tadi, namun setelah sampai perpustakaan
aku memutuskan untuk memperbarui kartu anggotaku yang telah habis masa
berlakunya sejak tahun 2022. Cukup lama memang, karena selama ini ketika
meminjam buku aku sering memalsukan identitasku dan memakai kartu anggota milik
kakakku. Dan tentu saja ini tidak untuk ditiru ya.
Sempat kaget ketika aku sampai di sana dengan keadaan gedung yang
begitu ramai dan tidak seperti biasanya. Entahlah, memang ini kebetulan atau
hanya karena aku sudah lama tidak ke sana jadi terlihat berbeda. Tapi satu hal
yang bikin aku takjub dengan suasana yang terjadi ketika aku mulai duduk dan
membaca buku. Nanti akan kusampaikan apa yang terlihat, tapi aku akan
memberikan 1 fakta terlebih dahulu.
Katanya minat baca di Indonesia masih sangat rendah, aku tidak mau
menerima informasi juka hanya berdasarkan “katanya”. Akhirnya aku membaca
beberapa literatur terpercaya untuk membuktikan opini tersebut. Dan benar saja,
menurut data dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization) minat baca di Indonesia hanya pada sampai angka 0,001%. Ini
berarti apabila penduduk Indonesia berjumlah 1000 orang, maka penduduk yang mau
membaca secara konsisten hanya ada 1 orang saja. Tentu ini menjadi satu fakta
yang sangat miris bukan?.
Kembali ke satu hal yang membuatku takjub ketika aku berkunjung di
Perpustakaan Bojonegoro. Di tengah-tengah keheninganku membaca, tiba-tiba aku
dikagetkan dengan kehadiran ibu-ibu yang membawa serta anaknya ke Perpustakaan,
alih-alih mengajak buah hatinya berlibur ke kebun binatang, playground, taman
ataupun yang lainnya, ibu-ibu itu memilih mengajak anak-anaknya ke Perpustakaan
dan membaca buku, dan hebatnya lagi ibu-ibu pun ikut membaca buku dengan
tenang, tidak hanya ber-selfie ria sebagai bahan status di sosial media. Nah,
dengan fenomena ini aku jadi sedikit meragukan anggapan bahwa minat baca di
Indonesia sangatlah rendah.
Akhirnya, aku mencoba untuk
mengerucutkan melihat tingkat baca ke Provinsi Jawa Timur. Dan menurut BPS
(Badan Pusat Statistik) Tingkat kegemaran membaca di Jawa Timur menunjukkan
pada angka 77,15, tentu ini menunjukkan angka yang cukup tinggi dan sangat
memberikan kabar baik bagi kita. Lalu bagaimana dengan Kabupaten Bojonegoro?. Masih
dengan referensi yang sama, yakni dari BPS, Tingkat kegemaran membaca di
Bojonegoro menunjukkan pada angka 84,53. Tentu ini menjadi angka yang cukup
membanggakan bagi aku pribadi sebagai masyarakat Bojonegoro.
Kembali lagi pada 7 Juli sebagai peringatan hari pustakawan Nasional.
Tentunya tingginya tingkat baca di Bojonegoro tak luput dari peran penting
pustakawan dalam mensosialisasikan pentingnya membaca. Bagi Sebagian orang
mungkin pustakawan hanyalah orang yang bertugas menjaga perpustakaan, menata
dan membersihkan buku yang ada di perpustakaan. Kalau kita melihat tugas
pustakawan yang termaktub dalam Undang-Undang (UU) Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan yang isinya begini “pustakawan adalah seseorang yang mempunyai
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kepustakawanan serta
memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelola dan melakukan pelayanan
perpustakaan.”
Aku sendiri memaknai seorang pustakawan adalah sosok yang sangat
luar biasa, tak hanya menjaga, menata dan membersihkan buku yang ada di
perpustakaan. Lebih dari itu, Salah satunya dengan pengembangan fasilitas yang
ada di perpustakaan ini akan jauh menjadi salah satu hal yang dapat menarik
minat baca masyarakat Bojonegoro, karena aku pun merasa demikian, dengan
penampilan gedung yang jauh lebih baik aku semakin bersemangat untuk
mengunjunginya daripada tahun-tahun lalu.
Semoga Tingkat kegemaran baca di Indonesia, khususnya di Bojonegoro
ini dapat semakin meningkat, sehingga tujuan Indonesia Emas tahun 2045 bukanlah
angan-angan semata, namun dapat kita realisasikan dalam kehidupan nyata.
Penulis : Annisa Rahma Maulida Attaromi
Editor : Bob
Komentar
Posting Komentar