blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Filosofi Tandur, Sebuah Pekerjaan yang Sederhana Namun Penuh Makna - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Filosofi Tandur, Sebuah Pekerjaan yang Sederhana Namun Penuh Makna



Oleh: M. Ainun Najib*

Tidak ada salahnya jika kita memperhatikan hal-hal yang dirasa biasa dan mungkin kurang menarik disekitar kita. Namun jika kita lebih menghayati  ternyata hal itu mempunyai makna yang mendalam, seperti yang coba penulis uraikan dalam bentuk tulisan ini. Penulis menemukan hal yang menarik yaitu sekelompok ibu-ibu yang sedang menanam padi, mereka menyebut pekerjaan itu dengan “Tandur”.

Mungkin kata “Tandur” sudah biasa kita dengar dalam sehari-hari terutama masyarakat pedesaan, namun lain halnya dengan masyarakat di perkotaan, pasti orang-orang kota akan menanyakan “apa itu tandur?”, karena kata itu jarang mereka dengar dan mungkin dari mereka baru saja mendengar.  Sambil penulis mencoba untuk mengamati cara mereka menanam bibit-bibit padi tersebut, ada beberapa hal unik yang penulis dapatkan dan penulis coba memaknai secara mendalam tentang keunikan tersebut.

Pertama, cara mereka menanam dengan berjalan kebelakang atau mundur. Hal ini mempunya nilai filosofi yaitu ketika kita sedang berjuang untuk maju ada kalanya kita juga harus mundur sejenak. Semisal dalam peperangan, maka tidak ada salahnya kita untuk mundur sejenak sambil memperhatikan tak-tik atau strategi yang digunakan oleh musuh dalam berperang, agar kita betul-betul mengetahui strategi apa yang di gunakan oleh musuh dan mengetahui titik kelemahannya. Atau kalau dalam ranah perkuliahan ketika kita sedang disibukkan dengan tugas-tugas yang begitu padat ada kalanya kita juga harus berhenti untuk istirahat sejenak, agar bisa me-Refresh kembali fikiran dan badan kita yang dirasa sudah penat, suntuk dan bosan dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut, lalu ketika dirasa sudah cukup dalam mengistirahatkan diri, maka kita juga harus mengerjakan kembali sampai tuntas tugas tersebut.

Kedua, ketika mereka sedang tandur mereka membawa dua buah alat utama yaitu “Blak” dan “Kenur” (benang). Alat yang dinamakan “Blak” ini terbuat dari bambu yang panjangnya kira-kira berukuran 2-3 meter, kemudian di kasih cowakan dengan jarak kurang lebih 20 Cm dan cowakan itu dibuat sepanjang bambu tersebut. Sepintas alat-alat mereka memang terlihat sederhana, namun ketika mereka sudah menyesaikan pekerjaannya dalam satu petak sawah, maka pasti kita akan terkejut melihat hasilnya karena  hasilnya begitu rapi dan lurus sekali  bagaikan TNI yang sedang melaksanakan PBB. Hal itu melambangkan bahwa dari dalam kesederhanaan mereka bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan, bisa juga di maknai bahwa dalam diri mereka tertanam kuat jiwa kesederhanaan dan jiwa bekerja keras dan ingin selalu  memberikan hasil yang terbaik dalam setiap menyelesaikan pekerjaan.

Ketiga, dalam cowakan alat yang dinamakan ”Blak”, ada ukuran yang harus sama dengan ukuran cowak lainnya. Hal itu mempunyai makna bahwa kita hidup ini di atur oleh Allah Swt dan di atur oleh negara. Oleh karena itu wajib bagi kita untuk mematuhinya agar hidup kita berjalan dengan tenang, aman dan sejahtera sesuai sesuai dengan tujuan di buatnya peraturan tersebut.

keempat, ternyata ketika tandur mereka itu selalu menghadap kebawah. Hal ini sesuai dengan pesan agama Islam, yaitu janganlah sombong ketika kita hidup di dunia ini, karena pada hakikatnya semua hanyalah titipan Allah semata.  Juga dapat bermakna seperti Peribahasa padi “semakin berisi semakin merunduk”. Perihal ini bisa kita kontekstualisasikan bahwa ketika kelak kita menjadi orang yang berilmu, maka janganlah kita merasa paling pintar sendiri. Karena ada pepatah mengatakan “di atas langit masih ada langit”.

Setelah mereka menyelesaikan pekerjaan Tandur tersebut, mereka juga tak lupa untuk beristirahat dengan meneduh di bawah pohon sekitar mereka, sembari mengobrol, bercanda dan tertawa ria dengan sesama temannya untuk melepaskan rasa capeknya, mereka kemudia di beri “Berkat” oleh pemilik sawah. Berkat tersebut juga mempunyai makna sebagai ungkapan rasa syukur pemilik sawah karena bisa menanam padi pada musim tersebut, juga berisikan do’a semoga hasil panen nanti berkah dan melimpah.

Itulah sedikit tulisan mengenai filosofi Tandur semoga bisa menamabah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua, Amiin

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Penulis :           adalah Mahasiswa PAI dan Anggota PMII Rayon Raden Paku

Email   :           mainunnajib9999@gmail.com

WA     :           089513734988