blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Tantangan PMII dalam Menghadapi Techno-Digital Transformation - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tantangan PMII dalam Menghadapi Techno-Digital Transformation

 


Oleh: Muhammad Faiz Dinuha

Perubahan peradaban manusia erat kaitannya dengan perubahan teknologi yang ada. Teknologi akan mengubah sistem sosial, jenis pekerjaan, institusi atau organisasi yang kita jalani. Masih jelas ketika mesin uap James Watt memicu revolusi industri 1.0 sehingga terjadi masifnya produksi dan merangsang industri untuk memulai sistem baru yang lebih fair, feodalistik pun ditinggalkan Inggris dan mengubah nilai-nilai yang ada menjadi liberalisme. Revolusi industri 2.0 dipicu oleh penemuan listrik. Ia menyebarkan sosialisme industri. Jaringan transmisi dibangun untuk memudahkan pemerataan listrik. Listrik lah perlahan yang memicu Uni Soviet menjadi negara sosialis. Revolusi industri 3.0 ditandai dengan ditemukannya komputer dan otomatisasi sehingga muncul ide globalisasi. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan kehadiran Artificial Intelligence (AI), Cyber Physical Sistem dan Big Data, entah apa yang terjadi kedepannya, mungkin saja nilai-nilai yang ada berubah.

Mengutip perkataan Charles Darwin (1809-1882) yang mungkin masih relevan hingga hari ini: “It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is most adaptable to change.” Yang akan bertahan di era ini bukanlah mereka yang paling kuat atau paling pintar, tapi mereka yang paling bisa beradaptasi. Dunia selalu berubah, yang tidak siap menghadapi perubahan akan dihempas oleh perubahan itu, begitu pun PMII. Lambatnya PMII merespon dan bereaksi atas tantangan yang ada akan membuat tereliminasi dari.

gelanggang. Lalu bagaimana kita merespon tantangan itu? Salah satu kunci PMII bisa bertahan adalah mentransformasi cara pandang menjadi pergerakan berbasis teknologi. Sebagaimana prinsip yang kita amini yaitu al-muhafadhah ‘alal qadim al-shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah wal ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah. Tidak hanya memelihara yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik, tetapi juga.

menginovasikan apa yang sudah ada (continual improvement).

Membahas tentang pergerakan berbasis teknologi, kita tidak hanya mempunyai paradigma kritis transformatif tetapi kita.

perlu menambahkan satu pelengkapnya yaitu teknologi. Bukan berarti mengganti paradigma kritis transformatif dan membuat paradigma baru. Tetapi lebih menerapkan dan memanfaatkan teknologi untuk kemaslahatan organisasi, Islam, dan umat manusia. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai baik yang sudah ada, teknologi bisa diaplikasikan di semua rumpun ilmu, bukan hanya dari kampus teknik.