blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Refleksi Nilai-Nilai Semangat Juang Tinggi R.A. Kartini - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Refleksi Nilai-Nilai Semangat Juang Tinggi R.A. Kartini

Mari kita merefleksikan diri terhadap tokoh pahlawan perempuan luar biasa yakni R.A. Kartini. Yang lahir pada tanggal 21 April 1879, di Kota Jepara, Jawa Tengah. 

R.A dikenang sebagai sesosok pahlawan bukan karena perjuangannya dalam  peperangan fisik, akan tetapi karena gagasan dan pemikiran darinya. Melalui pena dan surat yang telah di tulis pada zamannya lebih tajam dari pada pisau atau tombak.

Keberanian R.A. Kartini karena berangkat dari kekecewaan dirinya yang mengalami kesulitan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Meski bagi para perempuan seumuran pada zamannya, sekolah merupakan sesuau langka.

Kartini merasakan kecewa, karena saudara laki-lakinya dapat menamatkan pendidikan di sekolah menengah umum pada waktu zaman Hindia Belanda, Hogere Burgerschool atau HBS, sedangkan nasib anak-anak perempuan tidak bisa.

Inilah bentuk tulisan surat Kartini:

“Kami, anak perempuan yang masih terantai pada adat istiadat lama, hanya boleh memanfaatkan sedikit saja dari kemajuan di bidang pendidikan itu. Ketahuilah, adat negeri kami melarang keras gadis-gadis keluar rumah."

"Dan, satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di kota kecil kami hanyalah sekolah rendah umum biasa untuk orang-orang Eropa. Pada umur 12 tahun saya harus tinggal di rumah. Saya harus masuk ‘kotak', saya dikurung di dalam rumah, sama sekali terasing dari dunia luar."

"Saya tidak boleh keluar lagi selama belum berada di sisi seorang suami, seorang laki-laki asing sama sekali, yang dipilih orangtua tanpa setahu kami." 

Demikianlah sepenggal isi surat balasan R.A. Kartini terhadap sahabat penanya, Estella Zeehandelar di Belanda, tertanggal 25 Mei 1899, seperti yang dikutip dari sebuah buku Surat-surat Kartini: Renungan tentang dan untuk Bangsanya (1979) yang telah diterjemahkan Sulastin Sutrisno.

Dalam surat yang sama, Kartini mencurahkan alasannya bahwa dia ingin sekali untuk memiliki sahabat pena. Kutipan dari surat tersebut sering menghiasi berbagai tulisan bahkan sering mengisi pertunjukan di panggung yang bertemakan emansipasi wanita.

“Saya ingin sekali berkenalan dengan seorang 'gadis modern', yang pemberani, yang mandiri, yang menarik hati saya sepenuhnya. Yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap, riang, dan gembira, penuh semangat dan keceriaan.”

“Gadis yang selalu bekerja tidak hanya untuk kebahagiaan dirinya saja, tetapi juga berjuang untuk masyarakat luas, bekerja demi kebahagiaan banyak sesama manusia.”

R.A. Kartini mempunyai beberapa sahabat pena yang membuat wawasan dirinya terbuka dan membuat pemikirannya semakin tajam. Sehingga menjadikan dirinya ingin mengenyam pendidikan tinggi seperti saudara laki-lakinya.

R.A. Kartini menginginkan kemandirian dan kemerdekaan. Dirinya tidak ingin terbelenggu pada adat yang ada di kalangan masyarakat pribumi pada waktu itu.

Maka, untuk menyelami makna perjuangan R.A. Kartini dalam konteks kehidupan seorang  perempuan, sekarang ini justru telah menjadi tantangan yang lebih spesial.

Namun, jangan pernah sampai melupakan hasil-hasil perjuangannya. Karena menurut R.A. Kartini, perempuanlah yang justru seharusnya mendapatkan akses pendidikan setinggi-tingginya. Mengapa?

R.A. Kartini mengungkapkan, karena perempuan yang menjadi seorang ibu adalah pusat dari kehidupan rumah tangga. Ibu memikul tanggung jawab untuk yang pertama kalinya sebagai pendidik di dalam keluarga.

Betul sekali, R.A. Kartini yang berbicara tentang akses pendidikan formal yang setinggi-tingginya. Namun, dirinya sadar, pendidikan tak hanya tentang pencapaian gelar. Karena sejatinya mendidik bukan sekadar membuat anak menjadi pintar dan cerdas saja.

Kemampuan di bidang intelektualitas dan wawasan yang luas dari seseorang tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa di imbangi dengan budi pekerti yang baik. Dan menurut R.A. Kartini, pendidikan yang berkualitas seperti itu dalam keluarga hanya dapat diberikan oleh seorang ibu.

"Perempuanlah, kaum ibu yang pertama-tama meletakkan bibit kebaikan dan kejahatan dalam hati sanubari manusia, yang biasanya terkenang dalam hidupnya. Bukan saja sekolah yang harus mendidik jiwa anak, tetapi juga yang terutama pergaulan di rumah harus mendidik! Sekolah mencerdaskan pikiran dan kehidupan di rumah tangga hendaknya membentuk watak anak itu!" ungkap Kartini.

Oleh sebab itulah, Kartini berusaha keras untuk memperjuangkan pendidikan perempuan Hindia Belanda di masa itu, dengan mengatakannya kepada Tuan dan Nyonya JH Abendanon di Kota Jepara. Hal itu disampaikan R.A. Kartini bukan untuk memperjuangkan hak-hak dirinya semata, tetapi juga untuk para perempuan yang berada di sekitarnya.

 Berikut ini adalah tiga hal penting dari tokoh R.A Kartini

Jadi, sebagaimana kita pada zaman sekarang, masih dalam keadaan kuliah atau sudah bekerja, sudah menikah atau belum, menjadi ibu pekerja atau ibu rumah tangga, merasa sudah digaji cukup atau tidak, baik dari berbagai jenis profesi apa pun, dan dalam keadaan apa pun, berikut ini adalah ada 3 hal yang patut kita refleksikan (renungkan) dari R.A Kartini:

1.     Rajin Dalam Membaca, dan Memiliki Semangat Belajar Tiada Akhir

“saya tidak tau lagi kegiatan Kartini selain membaca dan menulis,” demikian adalah kata salah satu sahabat penulis ketika ditanyakan tentang nilai R.A. Kartini bagi dirinya.

Ya, membaca adalah bukti api semangat dalam perjuangan Kartini.

Karena membaca dapat membuka wawasan, meskipun pemahamannya bergantung pula pada budi pekerti. Dahulu sering kita dengar, bahwa “buku adalah jendela dunia”. Bersama dengan Stella, sahabat penanya, Kartini melakukan pembahasan dari sejumlah buku. Salah satunya yaitu, buku Max Havelaar yang ditulis oleh Multatuli yang dijadikannya sebagai referensi dalam berdiskusi tentang kondisi bangsanya yang sedang dijajah.

Di era digital sekarang, tidak hanya buku yang  dapat dibaca. Namun, nilai-nilai dari perjuangan Kartini bukan semata tentang bukunya, tetapi bentuk konsistensi dalam memperkaya wawasan dan keingintahuan tinggi untuk menemukan gagasan dan pengetahuan baru.

Namun, Seiring dengan bertambahnya usia, manusia pada umumnya malas belajar tentang pemikiran baru. Celakanya, itu bukan karena semata-mata faktor fisik. akan tetapi, seringnya adalah penolakan terhadap adanya pemikiran baru. Padahal, dunia ini terus berubah. Jadi kita memiliki prinsip penting sekali, tetapi jangan sampai menutup diri untuk belajar dan meiliki gagasan-gagasan baru.

Wawasan dari R.A Kartini dan kemampuannya dalam mencurahkan isi hati dan berargumen melalui tulisan adalah dampak positif dari konsistensinya dalam membaca buku. Karena dengan membaca, seseorang dapat memiliki banyak perspektif yang bermanfaat dalam memperkaya jiwanya.

Dan membaca tak dapat terpisahkan dari menulis. Karena luaran dari membaca adalah hasil menulis, sedangkan secara umum pekerjaan menulis itu adalah hasil dari membaca.

Sejarah telah membuktikan bahwa, pemikiran-pemikiran besar seorang tokoh sejak berabad-abad lalu tetap dikenal sampai saat ini karena mereka menulis, dan karena ada yang menuliskan pemikiran dari mereka.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah," demikian kata Pramoedya Ananta Toer seperti tertulis dalam buku Rumah Kaca (1988).

2.     Berani Dalam Bersikap dan Berani Mengungkapkan Gagasan

“Apalah arti dari sebuah gagasan tanpa adanya keberanian untuk mengungkapkan”.

Harus kita akui, bahwa perempuan Indonesia memiliki sebuah permasalahan dalam keberanian mengungkapkan gagasan. Entah itu karena malu atau tidak berani, terlebih tidak siap dengan respons yang akan diterimanya.

R.A. Kartini telah merubah pola pikir tersebut dengan bentuk menulis atau dirinya mencurahkan isi hatinya secara langsung kepada para sahabat dan keluarganya.

Pastinya, pada masa sekarang, larangan untuk bersekolah tinggi bukan lagi tantangan utama perempuan di Indonesia, meskipun masih ada juga yang mengalaminya, namun itu hanya segelintir saja.

Maka dari itu, Pada masa sekarang, perempuan harus lebih berani dalam bersikap dan bersuara, berani mengkritisi ketidak adilan, dan berani untuk mempertanyakan sesuatu. Berani dalam mengungkapkan gagasan bukan berarti nyinyir, sinis atau berisik yang tidak berguna, melainkan dalam bentuk kejujuran dan berorientasi pada kebaikan bersama.

3.     Menjaga Semangat Juang yang Tinggi

Ketahuilah bahwa R.A. Kartini tidak hanya diam dan larut mengasihani dirinya ketika sedang menghadapi kenyataan, bahwa perempuan-perempuan era Hindia Belanda terbelenggu oleh adat dan tradisi.

Akan tetapi, R.A. Kartini berjuang dengan gigih dan keras, serta bersemangat dalam mengejar cita-citanya. Dirinya tahu harus mengejarnya dengan cara bagaimana. Untuk yang pertama, dirinya mencari sahabat pena yang bertujuan untuk berdiskusi. Semangat tingginya juga penuh dengan tantangan.

Dalam sebuah surat kepada Stella, Kartini juga terbuka perihal perasaan-perasaan pahit dan kadang dirinya merasa tidak berdaya dalam melawan tradisi bahwa “perempuan Jawa harus kawin pada masa usia muda,” padahal dirinya ingin mengenyam pendidikan di HBS hingga Belanda.

"Aduh, Stella, tentu kamu dapat merasakan betapa sedihnya menginginkan  sesuatu dengan sungguh-sungguh tapi kamu merasa tak berdaya untuk mencapainya?" demikian kutipan dari surat Kartini kepada Estella Zeehandelaar tertanggal 6 November 1899.

akan tetapi, pengakuan R.A. Kartini atas kelemahan dirinya merupakan sesuatu yang memiliki dampak positif, sehingga membuat semangat Kartini semakin melesat tinggi untuk mengejar cita-citanya.

R.A. Kartini juga membuktikan bahwa untuk mengejar sesuatu yang diimpikan, dirinya tidak bisa berjalan sendirian saja. Karna dengan bercerita dan berdiskusi bersama sahabat dekatnya, orang-orang yang mau untuk mendengarkan, R.A. Kartini mendapatkan inspirasi.

Jadi, selamat memperingati Hari Kartini di tahun 2023, para perempuan Indonesia...

Penulis: M. Ainun Najib Anggota PR.PMII Raden Paku UNU Sunan Giri Bojongoro