Membentuk Keberanian Menulis dalam Sinau Literasi Episode 3
Penulis: Siti Nur Afifah
Menulis memang bukan hal yang mudah. Karena sejatinya bisa menulis tentunya karena sering membaca, hal itu merupakan bagian dari proses. Baik membaca buku maupun situasi sosial.
Sinau Literasi adalah termasuk rutinan setiap seminggu sekali. Dengan bertujuan mewadahi seluruh anggota Rayon Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Raden Paku Sunan Giri Bojonegoro
Kegiatan ini sudah mencapai episode ke 3. Istiqomah adalah hal yang remeh. Namun, sulit untuk dilakukan. Rabu (6/1/21) kegiatan tersebut dilaksanakan, yang bertempat di Musala Kampus IAI Sunan Giri Bojonegoro.
Bertujuan untuk memfasilitasi kinerja Lembaga Semi Otonom (LSO), pengurus serta anggota PMII Rayon Raden Paku dengan melaksanakan diskusi rutinan kecil yang mengambil tema "Memunculkan Keberanian Menulis"
Menurut Ifa Selaku ketua LSO sekaligus moderator diskusi episode ke-3 ini, "Semua orang bisa menulis, namun tidak semua orang berani mempublikasikan tulisannya terutama kader-kader PMII Raden Paku,"
Dalam dunia kepenulisan banyak disampaikan oleh Mas RiZki pemateri sekaligus founder Jurnaba.co, tentang bagaimana cara memunculkan keberanian menulis, sesuai tema yang diambil dalam diskusi tersebut. Selain itu, Mas Riski juga membagikan tips bagaimana tetap konsisten dalam menulis
"Ada momentum menulis paling mudah, yaitu ketika patah hati dan jatuh cinta, begitu pula dalam keadaan jomblo."
Ada salah tau teman diskusi. Dari kalangan aktivis mahasiswa pasti kenal dengan orang satu ini. Siap dia kalau bukan Khotib. Dia mengatakan, "bahwa menulis paling tepat ketika patah hati, karena ia sering menulis dan menghasilkan tulisan banyak sebab patah hati."
Diskusi berakhir dengan kalimat penutup dari moderator. Karena moderator berhak mengatur jalannya diskusi. "Di PMII kita belajar bersama, dan mewadahi skil kader diberbagai bidang. Salah satunya bidang kepenulisan. Mengingat menulis sangat efektif, untuk dijadikan media perubahan baik kritik maupun saran untuk kampus. Begitu pula dengan fenomena sosial yang ada di masyarakat." Jelas Ifa saat mengakhiri diskusi.