blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Romantisme Makrab di Pantai Semilir Kota Tuban - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Romantisme Makrab di Pantai Semilir Kota Tuban

 


Penulis: Muthohharutul Husna

23 januari 2021 tepatnya, sahabat-sahabati Rayon PMII raden paku angkatan satria wicaksana khususnya melaksanakan kegiatan MAKRAB (Masa Keakraban). Agenda ini di lakukan dengan harapan menambah kesolidan, semangat, serta membangun kemistri yang baik oleh angkatan yang baru lahir ini.

Sore itu, kami sebagian berangkat dari titik kumpul. Tepatnya di kampus pada pukul 15:00 secara beriringan, dan sebagian lagi menyusul pada pukul 17:00, dikarenakan ada yang masih kerja, dan kepentingan lainnya. Jadi kami membagi menjadi 2 kloter.

Aku sendiri ikut berangkat pada keloter kedua yakni pada pukul 17.00. Karena harus menyelesaikan keperluanku dulu. Bersama dengan beberapa sahabat dan sahabati yang belum juga berangkat karena ada yang baru pulang kerja.

Hari menjelang maghrib, dan kami yang terdiri dari 7 orang bergegas untuk berangkat menyusul sahabat sahabati yang sudah terlebih dulu berangkat. Di perjalanan, aku berada dibarisan paling depan, karena aku di bonceng, aku yang membuka google maps untuk penunjuk jalan, hatiku agak bimbang saat itu karena musim hujan melihat jauhnya jarak yang akan ditempuh membuatku sedikit resah dan khawatir. 

Baru sepertiga perjalanan kami berhenti untuk menunaikan sholat maghrib, karena aku sedang berhalangan saat itu aku memutuskan untuk menunggu teman-teman yang sedang sholat di sebuah warung kopi, tapi sayang saat itu warung kopinya tutup, jadi aku hanya duduk sambil mengisi baterai hp yang hampir habis.

Tiba-tiba salah satu sahabat yang bernama Asif terlihat agak gelisah karena 2 sahabat kami yaitu Yuan dan satu temannya salah jalan. Tapi tidak menjadi masalah, kamipun memutuskan untuk menunggu mereka. Setelah itu salah satu sahabat kami ternyata juga ingin ikut berangkat, namanya Febri, akhirnya setelah sholat maghrib, Tamam bergegas menjemput Febri untuk berangkat makrab bersama.

Setelah semua berkumpul, kami melanjutkan perjalanan secara beriringan dan penuh semangat. Untuk menjaga keselamatan, kami memutuskan untuk yang perempuan supaya dibonceng teman lelaki. Perjalanan malam itu terasa menyenangkan, syahdu, namun juga mencemaskan melihat cuaca saat ini yang tidak bisa diprediksi.

Jalan demi jalan kita lalui beriringan, namun insiden tak terhindarkan itu terjadi, sahabat kami Asif hampir saja terserempet truk dan hampir terperosok di samping jalan, syukurlah semua baik-baik saja, dan kami semua bersiap melanjutkan perjalanan dengan penuh hati-hati.

Waktu terus berjalan, dan hari juga mulai larut malam, walaupun saat itu untuk menuju pantai semilir kami memerlukan waktu selama 3 jam lebih lamanya, entah mengapa, perjalananan sungguh tak terasa melelahkan. Apa karena adanya rasa nyaman dengan hawa malam atau apapun itu aku juga tak tau. hihi.

Tepat pukul 20:26, sampailah kami di pantai semilir, senang sekali bisa bertemu sahabat-sahabati yang sudah terlebih dulu sampai di sana, setelah menahan rasa cemas, namun juga bahagia di tengah perjalanan. Alhamdulillah, tidak hujan. 

Setelah sampai, kamipun beristirahat sejenak sambil menikmati seduhan kopi dan pop mie di bibir pantai semilir. Dan ternyata sahabat-sahabat yang lain juga masih ada disana untuk makan serta bercanda gurau disana.

Waktu sholat isya' baru saja berlalu, kamipun merapatkan barisan dan melingkar di pinggir pantai semilir untuk membuka acara masa keakraban malam itu. Derai ombak yang begitu tenang seakan mendengarkan ocehan demi ocehan yang di lontarkan oleh salah satu sahabat kami, yaitu Kak Habib sapaan akrabnya. Kalimat demi kalimatnya seakan mencekram pikiran serta hati sahabat-sahabati untuk lebih menata niat dalam berproses. 

Alam nampaknya sangat bersahabat malam itu, angin begitu tenang, ombak juga tentram menyaksikan kami semua bagai melingkari angan yang seakan ingin diterkam.

Aku duduk di pinggir lingkaran sahabat-sahabati Satria Wicaksana yang terlihat begitu bersemangat. Setelah pembukaan, acara di lanjutkan dengan membagi beberapa kelompok yang di tugaskan untuk membuat surat karangan puisi tentang negri tercinta ini. Karena aku adalah salah satu pengurus, jadi aku tidak ikut dalam kelompok tersebut, karena memang acara ini dikhususkan untuk Angkatan Satria Wicaksana.

Pasir putih yang ku pijak ini sungguh lembut, yanh seakan mengajakku halu dalam sebuah rindu di tengah keramaian yang ada didekatku, sambil mendengarkan puisi demi puisi yang mereka bacakan. 

Semakin lama rasa gabut akhirnya menyelimutiku, kemudian aku dengan sahabat yang lainnya memutuskan untuk bermain pasir. Tamam membuat lubang sangat besar sehingga muat untuk tubuhnya, lalu aku, dan Didik pun menguburnya dalam lubang itu. Kami bertiga pun bercanda membicarakan hal yang sederhana sampai yang serius, dan banyak hal-hal konyol yang kami bicarakan sehingga membuat kami tertawa lepas dan ceria.

Ada salah satu teman yang tiba-tiba ikut. Kak Yusuf sapaan akrabnya ikut bergabung dengan kami untuk mengisi rasa gabut mungkin, hihi. Kemudian selang agak lama Febri juga ikut bergabung. Disana suasana makin pecah saja karena ditambah dengan mereka berdua sampai menghiraukan sahabat-sahabati yang sedang bergantian membacakan puisi.

Setelah semua selesai, acara pun di lanjutkan dengan sharing- sharing dan sedikit cerita dari pak Yon Aji (Ketua Rayon PMII Raden Paku) tentang prosesnya hingga menjadi seorang ketua rayon.

Tak terasa hari semakin larut, acara juga sudah selesai dan aku masih di tempat yang sama bersama Tamam, Didik dan juga Febri, sedangkan Kak Yusuf sudah hilang entah kemana.

Sebenarnya setelah acara selesai waktunya sahabat-sahabati untuk istirahat, namun momen ini digunakan sahabat-sahabati untuk menjalin keakraban bersama sahabat-sahabat lainnya tidak langsung beristirahat. Sambil menikmati kedamaian alam yang tercipta di pantai semilir.

Menjelang pagi yakni pukul 00:01 dini hari sahabati nampaknya sudah tidak kuat begadang, dan memutuskan kembali ke tenda masing-masing. Namun sebagian lainnya juga masih terjaga.

Memang begadang itu ampuh membuat perut lapar, akhirnya kak Habib dan Ba'us membuat api untuk memasak mie instan yang dibawa sahabat-sahabati dari rumah.

Malam memang tak terlalu dingin, dan Kejadian konyol  itu terjadi. Karena stok air minum memang sedikit, dengan bersemangatnya Ba'us mengambil air untuk merebus mie instan dari laut, hahahaha. Baru sekali dalam seumur hidupku merebus mie mengambil air langsung dari laut. Tidak ada protes akan hal itu karena tidak ada yang tau.

Sembari menunggu air mendidih untuk merebus mie, akhirnya sahabat-sahabat ini merapat ke sumber api untuk menghangatkan badan, karena menjelang pagi hawa serasa dingin walaupun tidak terlalu. 

Saya lihat air sudah mulai mendidih dan mie instan pun segera dimasukan, sambil menunggu mie siap, Febri pun menyiapkan bumbunya, beberapa saat kemudian, mie instan sudah siap untuk dicampur leburkan menjadi satu dengan bumbunya. Kami yang sedang kelaparan begitu bersemangat untuk menyantap.


Aku yang antisipasi dulu mengambil sendok bekas mie yang saya beli di warung tadi. Karena memang apes, sendokku pun di ambil okeh Kak habib dan dia membuangnaya, sontak aku langsung memakinya karena kejahilannya itu. "Iki lo gawe kayu, wong koncone gaenek sing gawe sendok" jawabnya. Mendengar itu, yasudah aku terima saja.

Tidak menunggu lama, kami memakan mie rebus yang direbus dengan air laut itu, awalnya semua biasa saja lama kelamaan muka mereka berubah seketika karena rasa yang sangat asin yang mereka rasakan. "Iki ngono mie di campur uyah" cetus Ba'us. Dan hal itu membuat pecah suasana makan mie rebus super asin. Hahaha

Aku hanya mengambil sedikit saja karna juga tak tahan dengan asin walaupun belum kenyang sama sekali.

Setelah makan, kami masih di tempat yang sama melingkari api sembari menghangatkan badan dan bercanda sambil menyanyikan lagu-lagu merdu yang di lantunkan sahabat-sahabati. 

Romantisme keakraban malam itu begitu terasa dengan petikan gitar ditambah titik titik air hujan yang berjatuhan. Sungguh malam itu adalah malam yang sangat mengesankan bagiku, semua nyaman, semua have fun, tak ada yang menahan beban. 

Semakin lama titik titik hujan menjadi grimis dan api unggunpun akan segera mati menandakan waktunya kita untuk istirahat, pukul 03.30 akhirnya aku memutuskan untuk berteduh dan tidur.

Hari sudah pagi, sekitar pukul 00:06 dan aku baru terbangun dari tidurku karena terganggu dengan suara kenalpot sekelompok geng motor yang datang ke pantai sepagi itu. 

Aku sangat terkagum, karena baru kali ini aku terbangun dan langsung melihat pantai, rasanya uuwuuu. Haha

Sebenarnya aku juga ingin bermain air dulu di pantai seperti sahabat-sahabati yang lain, tapi karena melihat cuaca yang mendung pastilah sangat dingin dan aku akhirnya tidak jadi mai air. Haha

Waktu sudah menjelang siang saja, aku pun bergegas untuk segera bersih diri dan sahabat-sahabati yang lain merapikan tenda dan barang-barang mereka untuk bersiap pulang. 

Tidak kaget sih, ternyata dalam satu tenda masih ada satu sahabat yabg tertidur, siapa lagi kalau bukan Tamam. Huh. Kalau tidak susahnya amit-amit untuk dibangunkan

Dibangunkan baik-baik tidak bisa, di bohongi kalau ada sunami malah lelap, akhirnya dibiarkan tenda itu sampai terkena sinar matahari dan menutupnya supaya hawanya panas dan dia terbangun. Setelah di lihat ternyata semakin pulas saja, duh gusti ini manusia apa ini.

Setelah sekian cara yang kami lakukan akhirnya dia terbangun juga karena menyadari dan malu mengetahui hanya tinggal dia saja yang masih di dalam tenda. Akhirnya dia keluar dan bersiap-siap untuk pulang.

Disela sahabat-sahabati bersiap untuk pulang, ternyata kunci motor Yuan hilang, lalu motor Alfina juga bocor. Akhirnya kami menunda kepulangan untuk menunggu motor alfina untuk diperbaiki dan mencari kunci motor yuan.

Namun naas, kunci motor yuan tidak di temukan dan terpaksa harus d dorong sampai ke rumah. Kebingungan menyelimuti wajah yuan, tapi mau bagaimana lagi, dia tetap saja berlagak gembira untuk menutupi kesedihannya.

Untuk penutupan kami semua melingkar dan mendengarkan pesan-pesan dari ketua rayon dan juga ketua angkatan, yang di akhiri dengan foto bersama. Mungkin ini akan menjadi momentum spesial selama saya proses. Thanks for all.