blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Diskusi: Refleksi International Women's Day - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diskusi: Refleksi International Women's Day

 


Penulis: Fadillatun Ni'mah

Choose to challenge merupakan tema yang di angkat oleh Internasional Women Days (IWD) 2021. Dengan tema ini, diharapkan perempuan berhak menentang seluruh bentuk ketidaksetaraan gender yang masih ada hingga saat ini. 

Begitu juga dengan diskusi, adalah bentuk refleksi dari IWD tersebut. Sebab, bukan hanya aksi turun jalan saja. Diskusi tergolong mensadarkan. Sadar akan tertindas oleh sistem hari ini.

Discussion Series Of Kopri (DISSCO) Minggu ini, sekaligus menyongsong hari perempuan sedunia yang diperingati pada Senin, 08 Maret 2021. 

Dengan membedah pemikiran salah satu tokoh feminisme barat yaitu Julia Kristeva, tokoh feminis ini berdarah Bulgaria, namun dia mengawali hidupnya di Prancis pada tahun 1960. 

Julia Kristeva ini banyak menulis tentang feminisme, namun dia enggan untuk dilabeli sebagai seorang feminis. Ternyata, hal tersebut didasari oleh pemikiran feminisme Prancis yang mengatur bagaimana menjadi seorang perempuan yang ideal. Jika perbedaan latar belakang antara perempuan satu dengan yang lain masih terus diselisihkan, otomatis akan sulit untuk memperjuangkan kesetaraan gender dengan kaum laki-laki. 

Salah satu kasus yang terjadi di Prancis yaitu, tokoh feminisme Afrika-Amerika yang frustasi terhadap proyek yang dilakukan oleh feminisme Prancis. Mereka memberikan syarat kepada perempuan manapun yang ingin masuk ke dalam feminisme, harus mengikuti syaratnya. Salah satunya yaitu, dengan melepaskan seluruh kekhasan yang mereka miliki. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa, tokoh feminisme Prancis akan mengucilkan mereka yang berbeda, dan nantinya feminisme tak lebih sebagai gerakan yang hanya diisi oleh kaum berkulit putih dan dari golongan kelas menengah. 
Citra tentang kulit putih ternyata sudah digadang-gadang semenjak tokoh pemikiran Julia kristeva, bahwa orang yang berkulit putih dilabeli sebagai suci dan murni. Hal ini menjadi alasan mendasar tokoh feminisme dari golongan Black Feminisme dan feminisme multikultural menolak hal itu. Pelabelan kulit putih ini akan menaturalisasi kategori perempuan dari Barat dan Timur, yang kebanyakan berkulit Hitam. Sedangkan orang berkulit hitam dikucilkan pada zaman itu, dan dilabeli sebagai buruk dan negatif. 

Itulah yang menjadi alasan mengapa Julia kristeva banyak mengkritisi tokoh radikal Prancis. Dan dia mengatakan, tokoh feminisme dahulu memiliki tugas mulia yang bisa kita rasakan hingga saat ini seperti, perempuan bisa mendapatkan hak atas pendidikan, politik, dan hak lain yang setara dengan laki-laki. Kini bergeser, justru feminisme hanya terfokus pada politik Identitas, dan hal tersebut hanya akan menjadi masalah baru jika feminisme tidak mampu menerima keunikan dari setiap individu. 

Pemikiran mengenai seorang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga dianggap sebagai representasi dari budaya patriarki, namun ditangan Julia kristeva pemaknaan tersebut menjadi berubah, selama hal yang dilakukan tidak terdapat unsur paksaan, maka tidak menjadi persoalan. Dan standar tersebut jelas tidak menjadi masalah oleh tokoh feminisme generasi sekarang.

Ditangan tokoh feminis Julia kristeva, dia menawarkan bahwa semua perempuan mampu menjadi Feminisme dengan cara mereka masing-masing. Dengan tetap menerima keunikan dari setiap individu tanpa kehilangan arti kefiminisan itu sendiri. 

Diskusi kali ini sekaligus menyongsong hari jadi perempuan sedunia serta meningkatkan semangat perempuan untuk menyetarakan hak-hak mereka tanpa memposisikan laki-laki sebagai lawan mereka, sebagaimana tema yang diangkat untuk memperingati IWD tahun 2021. 

Change your maindset, bukan hidup perempuan putih yang mengucilkan perbedaan. Tetapi, hidup semua perempuan yang menolak penindasan. 

#Hidupperempuanyangmelawan
#tumbuhsubursemuaperbedaan
#feminismebersatutanpasiku
#Salampergerakan