blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Cahaya Terang di Bulan Rajab yang Penuh dengan Keberkahan - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cahaya Terang di Bulan Rajab yang Penuh dengan Keberkahan

 


Cahaya bukan hanya tentang surya yang menyinari bentala setelah fajar sirna dan bukan pula tentang lampu atau lilin yang menerangi ruangan gulita. Namun lebih tepatnya tulisan ini menggambarkan sebuah cahaya maknawi yang sering di perdengarkan kepada kita dengan ungkapan “habis gelap terbitlah terang” atau dengan bahasa yang serupa yang sering disebut Minadzulumati ilannur (dari kegelapan menuju cahaya).

Disni penulis akan mencoba menguraikan dari istilah-istilah di atas, dengan seperangkat ilmu yang telah di ilhamkan (ditunjukkan) tuhan kepada manusia. Pada hakikatnya Tuhan telah memberikan petunjuknya berupa Alquran, juga penuntunnya beliau nabi Muhammad Saw, agar manusia kembali ke jalan-Nya.

Tapi kenapa manusia sering lalai akan hal itu dan bahkan sampai memilih jalan lain?. Cobalah gali secara lebih mendalam dari beberapa kalimat yang mempunyai kemiripan makna di atas, dengan ungkapan semua manusia pasti pernah tersesat atau merasa berbuat salah, baik itu secara sengaja ataupun tidak.

Akan tetapi bukankah manusia yang baik adalah dia yang mampu memperbaiki kesalahannya?

Kalimat tersebut memang benar, tetapi juga tidak mudah dilakukan karena perlu adanya sebuah langkah langkah hierarki yang secara konsisten harus di lakukan.  Ibarat kata seseorang, belajar itu di mulai dari belajar kata kemudian menjadi kalimat dan menjadi sebuah karya yang mengandung keilmuan (ilmiah).

Manusia bisa mempunyai cita-cita setinggi mungkin. Akan tetapi dalam menggapainya harus di lakukan secara bertahap dan konsisten. Analoginya kaki akan bermanfaat jika dia berjalan satu persatu atau tidak bebarengan. Begitu pula dengan proses manusia perlu adanya evaluasi pembelajaran secara berkala dan konsisten demi terwujudnya sebuah integritas ilmu dan akhlak yang di miliki.

 Mengenai ilmu akhlak dimana posisi akal dapat membedakan antara sapi, kerbau ataupun kambing. Dengan bahasa sederhana akal adalah anugrah dari tuhan yang di berikan kepada manusia untuk memilih dan memilah mana yang baik dan buruk, ataupun mana yang benar dan yang salah.

Lalu apakah dia akan berfungsi sebagai pembeda jika tanpa rasa?

Oke, penulis akan coba mencari tahu akan hal tersebut, rasa selalu terpengaruh oleh beberapa kejadian di sekitar kita. Sebagai contoh; seseorang yang merasa cemas maka akalnya tidak akan dapat mengambil keputusan secara efektif dan hasilnya pasti kacau. Artinya setiap manusia mempunyai kecenderungan rasa yang berbeda tergantung dari setiap pengalaman dan ilmu yang di milikinya.

Dari konsep di atas, kita belajar bahwa perjalanan manusia selalu terpengaruh oleh hal-hal di luar manusia itu sendiri, sehingga dapat mempengaruhi pola pikir, tindakan maupun perilakunya. Bagaimanapun seorang manusia tidak akan pernah ada kata terlambat untuk selalu menabur benih kebajikan dan kita sirami dengan rasa ikhlas yang nanti pada akhirnya kita akan memanen rasa mahabbah.

Lalu sebenarnya yang menjadi prioritas utama manusia itu apa?, Apakah cinta atau cita?

Dua hal itu lah yang menjadi tanda tanya besar tentang tujuan manusia, sampai-sampai mereka sendiri melupakan proses minadzulumati ilannur, sehingga dia menganggap bahwa cahaya itu gelap karena manusia tidak bisa merasakan hadirnya cahaya tersebut dengan hatinya. Dengan kata lain manusia terkadang selalu terpengaruh oleh nilai nilai yang di bawakan orang lain, daripada nilai-nilai yang sudah di yaniki.

Lalu bagaimana cara mewujudkan konsep dari gelap menuju cahaya tersebut?

Memnag tidak mudah tetapi juga bukan hal sulit untuk menerapkannya. Manusia harus senantiasa berpegang pada nilai-nilai kebajikan. Katakanlah nilai agama atau nilai-nilai tatanan sosial dan budaya. dengan demikian maka akan melahirkan kualitas akhlak dan moralitas yang baik yang terkonstruksi dengan ilmu.  Sehingga tidak seperti air di atas daun talas yang terombang ambing oleh angin.

Edisi muhasabah di bulan Rajab

Terima kasih, Semoga bermanfaat.

 

Penulis: Ahmad Ridwan adalah mahasiswa PAI dan Anggota PMII Rayon Raden Paku