blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Menelusuri Lorong-lorong di Kota Bojonegoro - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menelusuri Lorong-lorong di Kota Bojonegoro

 


Penulis: Widodo R

Wilayah kota Bojonegoro sangat luas, dari ujung timur kota, hingga ujung Bengawan Solo. Kalau kita ingin mengitari, dataran Kota Bojonegoro dengan jalan kaki, pasti tidak akan mungkin.

Rerumputan menghiasi perjalanan saya bersama seorang teman, dia adalah Yogi. Sebab lapar mulai menusuk-nusuk lambung. Pikiran segara mengarah ke warung legend, yang terletak di samping rel kereta api.

Insan manusia yang selalu penasaran, apa di balik semua itu? Menelusuri jejak-jejak para pahlawan, di lorong tengah kota membuat pikiran selalu was-was. "apa yang akan terjadi di depan saya?"

Tempat-tempat dan nama jalan yang masih ada di Kota Bojonegoro, menandakan bahwa kota ini tidak kekurangan pahlawan. Bahkan pahlawan yang kondang, saat memperjuangkan Bojonegoro pada masanya.

Ihwal menelusuri lorong-lorong di Bojonegoro memang tidak begitu wah. Namun, disisi lain ada muatan sejarah yang bisa diambil dan dipelajari. Begitu dirasakan, dan menikmati udara sejuk sore hari.

Ngluyur bukab seperti biasa, dan tidak ada manfaatnya. Kali ini kami berdua juga bercerita, tentang jerih payah para pahlawan memperjuangkan kota tercinta kita ini. Kota bersejarah, begitu pula menjadi sorotan oleh manca kota, bahkan hingga negara.
Gemerlap lampu kota menyala. Bertanda senja sudah akhir pada hayatnya. Malam mulai menggantikan posisi senja, yang katanya indah mempesona. Tetapi, tidak indah-indah amat.

Tersesat di salah satu gang Kota bojonegoro, membuat kami berdua sangat malu, dan dipandang oleh puluhan mata. Apalagi ada seorang Kipai di pinggir kali,.kemudiaan memandangi kami berdua dengan teliti.

Rasanya kami ingin secepatnya pergi dari wilayah itu. Karena malu dilihat oleh orang-orang juga. Khawatir dianggap gila, karena tidak tahu arah jalan kembalinya, wqwqwq.

Entah disadari atau tidak, kami menemukan jalan yang sepatutnya kami lewati. Tapi, Yogi mengajak saya lewat jalan yang tidak pernah dilewati oleh dia. Saya juga bingung, dan bertanya-tanya dalam benak saja. "Komet neh atak'e." 

Semua itu dijawab oleh keadaan. Setelah melewati beberapa rumah, kami berdua menjumpai jalan yang amburadul. Tidak ada rumah sama sekali. Melainkan para petani, yang masih bekerja di ladang sumber kehidupan.

Nongkron di warung kopi menjadi tempat idola setalah kami berdua melewati lorong demi lorong di Kota Bojonegoro ini. Begitu pula dengan rintikan hujan yang selalu menamani kami berdua.

Akhir dari perjalanan ini, kami terdampar di simpang jalan, yaitu di Warkop Giras Jl. Patimura. Sembari menikmati suasana, seruput susu jahe yang menemaniku, saat menulis keadaan saat ini