blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Hujan dan Angan-angan - diksipergerakan
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hujan dan Angan-angan

 


Penulis: Khotibul Ihsan Maulana

Waktu sore di sebuah warung kopi di daerah Kota Ledre aku dan teman-teman sedang berdiskusi tentang "Belajar Menulis Dari Imam Al-Ghozali," aku datang paling awal bersama teman saya sebut saja Kak Dhon namanya.

Saya datang dan melihat di lokasi belum ada teman-teman yang datang, cuma ada teman kampus yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya, dan orang-orang ngopi dengan temannya ada juga orang yang berpacaran semua sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Saya pun menunggu kedatangan teman-teman, di sela waktu menunggu, aku ditemani rokok dan kopi yang selalu setia.

Tidak lama kemudian satu per satu teman saya datang  dan saya ajak pindah ke tempat yang lebih enak untuk bisa dibuat diskusi. Sambil menunggu pemateri datang, saya bertanya sama kakak tingkat. Cak Do namanya, dia mengajak untuk diskusi tentang pentingnya menulis yang dibuat di story wa nya.

"Mas Andre kemana?" kata saya.
 
"Masih ada urusan nanti kesini."

Saya menunggu dengan teman teman dengan sedikit diskusi tentang menulis. Semakin sore gerimis pun datang Mas Andre belum juga datang, tapi selang waktu sedikit datanglah mas andre dengan temannya memakai sarung dan jaketnya, dimulailah diskusi kita sore hari ini waktu itu gerimis reda dengan kedatangan mas andre.

Sebelum diskusi kita dikasih link tentang imam al ghozali untuk dibaca kesemua teman-teman sama mas andre,semua membaca dengan penuh serius ,setelah membaca mas andre menyuruh kita untuk presentasi apa yang sudah didapatkan dipahami dari membaca .

Saya mengawali untuk berani apa yang sudah saya dapatkan dari membaca,dan dilanjutkan langsung yang lainnya. Ada satu anak lagi-lagi Kak Dhon namanya dia bingung mau bicara apa.
"Aku lo bingung mah bicara apa, umat-umatan pak aku, aku tidak bisa." Semua tertawa melihat tingkah konyolnya itu.

Setelah semua sudah bicara apa yang sudah dipahami dari membaca itu, intinya adalah pentingnya membaca dan menulis bagi kehidupan kita. Fatwa Imam Al-Ghozali, "kalau kita bukan dari anak raja dan bukan anak ulama besar maka jadilah penulis," kurang lebih begitu, itu sangat memotivasi kita untuk membaca lalu menulis agar kita hidup itu punya tinggalan yaitu karya.

Tak lama hujan pun datang membasahi jalanan Kota Ledre kota kecil yang penuh kenangan.diskusi semakin seru, tapi hujan terlalu deras hingga Mas Andre menghentikan diskusi sore kita ini. Hujan mengingatkanku atas kenangan-kenangan  masa kecil yang tidak mengenal sakit hati hanya bahagia yang ada.

Rintik hujan yang jatuh membasahi bumi menggambarkan kenangan waktu itu bersamanya, sederas hujan waktu ini menggambarkan cintaku kepadanya yang sangat dalam.

Hujan yang awet ini sama dengan rasaku dengannya yang tak kunjung usai, dan berhentinya hujan menggambarkan hubunganku dengannya artinya selesai sudah hubunganku dengan bidadariku kala itu.

Percayalah setelah hujan ada hari cerah waktu esok, hidup bukan tentang dia saja masih banyak waktu yang bisa saya manfaatkan. Dari pada memikirkan seseorang yang belum tentu memikirkanku balik, aku tidak menyalahkan diriku sendiri karena ini bukan murni kesalahanku, rasaku yang selalu memberontak untuk memikirkan dia.

Cinta itu bukan gimana rasa ini jatuh tapi bagaiman rasa ini tetap utuh di dada yang rapuh, kamu tidak salah bidadariku tapi ini tentang rasaku yang selalu saya memikirkan sebuah nama yaitu kamu. Kadang ini lucu dan membuatku gila yang terus mendewakan namamu.

Rindu ini candu, ditemani dengan hujan, kopi, dan rokok bersama teman-teman. Aku memikirkanmu bukan semata-mata keinginanku. Tapi rasa ini bergejolak sendiri seolah kamu hadir disini.