Sesuatu yang Aneh dalam Perjalanan
Penulis: Siti Nur Afifah
Sore itu tampak gelap disertai angin dan hujan. Ditambah banyaknya kesibukan yang harus dikerjakan, aku rela mengorbankan sedikit waktu untuk memanjat kuda besi tak bernyawa berjalan menuju kota Bojonegoro. Dengan arah berbeda dan lebih lama dari perjalanan sebelumnya, aku disuguhkan beceknya jalanan. Begitu dingin mengiringi langkah ini
Kurasa tidur sambil memeluk boneka atau guling, apalagi berselimuti sarung tebal adalah hal yang paling menyenangkan. Namun ada hati dan otak yang butuh amunisi, sehingga kaki ini memaksa untuk beranjak lagi.
Sore ini hatiku memang terikat pada hujan yang mesti reda ketika di sudut kota. Ya, terikat pada hujan karena tak selamanya hujan membawa sendu di bawah gelapnya mendung.
Bahkan hujan bukanlah hambatan untukku mencari ilmu atau pengalaman baru, Karena hujan datang bersama keberkahan, dan pergi mewarisi teduh yang menjadikan banyak kenangan akan arti sebuah perjuangan.
Diriku merasa lebih lucu, ketika semua orang naik kuda besi tanpa memakai baju plastik atau biasa disebut dengan jas hujan. Namun, kenapa hanya aku yang memakai jas hujan? Mungkin aku adalah sang ratu di lampu merah itu.